Minggu, 20 Mei 2012

SEJARAH PEMUDA PANCASILA SUMUT



Organisasi PP berkembang di berbagai daerah hampir ke seluruh wilayah Indonesia, terutama di Sumatera Utara. Di daerah (Sumatra Utara) ini masyarakat yang heterogen, toleransi dan memiliki jiwa sportivitas yang tinggi merupakan tempat yang potensial menggalang massa.
 Pada bulan Agustus 1961 di gedung Selecta Jalan Listrik Medan, Ketua IPKI (Kerani Bukit) melantik dan meresmikan PP kota Medan dengan direstui dan disaksikan H.A. Aziz mewakili Gubernur Sumut dan Mayor Hamid dari Koanda Sumatera Utara. Pada ketika itu jumlah anggota PP sebanyak 40 orang dengan tugas pokok menjaga NKRI, mengawal dan mengamankan Pancasila daan UUD 45 dari rongrongan PKI beserta orang-orang yang ingin mengambil ideologi Negara RI. Militansi anggota PP Medan sangat menonjol, dan berbeda dengan daerah-daerah lain yang ada di Indonesia. Oleh karenanya, dalam masa satu tahun personil anggotanya telah mencapai ribuan orang.
Setelah membentuk PP Kota Medan dengan pimpinan Das Tagor Lubis, maka MY.Efendi Nasution menjadi Ketua Dewan Pimpinan Wilayah Pemuda Pancasila Sumatera Utara.
 Adapun susunan pengurus PP wilayah Sumatera Utara adalah :


Ketua umum               : M.Y. Efendi Nasution

Ketua                    : Daniel Mamora

Ketua                    : Barik

Sekretaris umum          : Yansen Hsb
Sekretaris               : Rosiman
Bendahara                : KlengkiA 
Perkembangan organisasi Pemuda Pancasila Sumut dibawah kepemimpinan M.Y. Efendi Nasution sangat pesat. Banyak pemuda yang masuk menjadi anggotanya. Dalam memimpin dan menakhodai PP, beliau sangat tegas sekaligus mengayomi para pemuda untuk berani bertanggung jawab.  Pemuda Pancasila memiliki 3 resep yang populer yang dinamakan tiga-O yaitu: otot, omong, otak. Maksudnya bahwa organisasi PP membutuhkan anggota yang kuat dan berani mengandalkan fisik, pandai berbicara, dan memiliki pemikiran yang pandai dan cerdik. Orang kuat disegani, pandai omong, tidak mudah diperdaya dan mempunyai otak yang cerdas agar tidak bisa ditipu orang. Untuk mengandalkan kekuatan fisik, para anggota PP bukanlah hal yang sulit. Oleh karena mereka sudah ditempa oleh kekerasan di jalan dan perkelahian bukanlah hal baru bagi mereka. Namun berbicara  di forum resmi dalam koridor organisasi mereka agak gugup dan gamang. Hal ini bertolak belakang bila mereka berbicara di warung kopi dan di pojok-pojok jalan kota Medan. Sesuai dengan latar belakang dibentuknya PP untuk mengawal Pancasila dan UUD 45 maka tantangan yang dihadapi oleh PP makin beragam, namun hal ini dapat diatasi dengan kekompakan dan saling bersatu diantara sesama anggota. Motto organisasi PP ialah Sekali Layar Terkembang, Surut Kita Berpantang. Pemakaian yel-yel yang popular selalu terdengar “Pancasila Abadi” yang bagi mereka harus dipertahankan keabsahannya sampai akhir hayat. Organisasi PP mempunyai ikrar yang isinya sama dengan ikrar sumpah pemuda.


Ikrar Pemuda Pancasila :

1. Bertanah Air satu, Tanah Air Indonesia.

2. Berbangsa Satu, Bangsa Indonesia.

3. Berbahasa Satu, Bahasa Indonesia

4. Berideologi satu, Ideologi Pancasila

Adapun motto. Yel-yel, berbaju seragam, satu lagu mars itu keluar setelah organisasi PP mengadakan musyawarah besar PP se-Indonesia di Jakarta. Masa menjelang lahirnya Orde Baru 1965/1966, peran PP bersama rakyat dan ABRI/AD ikut menumpas PKI secara spontan,karena panggilan kesetiaan untuk mengawal dan mengamankan Pancasila sebagai ideologi negara. Kebangkitan PP secara spontan dan partisipatif banyakandilnya menumpas PKI di Sumatera Utara. Setelah penumpasan pemberontakan G 30 S/PKI diselenggarakan Mubes I dan M.Y. Efendi Nasution terpilih sebagai Ketua Umum, dan Sekjen dijabat oleh Drs. Nur Achari. Pada Mubes II 1972 PP memilih Ketua Umum yang baru yakni M.L. Tobing. Namun, dalam masa ini pun PP mengalami masa kevakuman, dan pernyataan ini ditulis oleh Bosputra Tobing (1996). Hal ini berbeda di Sumatera Utara. Pengurus wilayah beserta segenap anggotanya makin membesar dan melebar sayapnya ke berbagai daerah tingkat Kabupaten dan Kota.
Setelah memimpin PP Sumut selama 7 tahun maka pada tahun 1967 dalam musyawarah wilayah di Medan, M.Y. Efendi Nasution menyerahkan tampuk pimpinan kepada Amran YS sebagai upaya regenerasi kepemimpinan dalam organisasi PP Sumut. Gebrakan PP semakin meluas di masyarakat, pemuda, dan pemerintahan. Pemuda Pancasila Sumut sudah mengalami pergantian pimpinan tersebut beberapa periode figur pemuda yaitu Marzuki, Ajib Shah, Donald Sidabalok dan saat ini Sdr. Anwar Shah (Aweng).
Dalam penelitian ini juga akan dikemukakan mengenai gaya kepemimpinan Anuar Shah S.E. (Aweng) sebagai Ketua Organisasi Pemuda Pancasila (2002 – masa ini) dimana pada masa kepemimpinan Anuar Shah terjadi begitu banyak dinamika yang memberikan nilai positif pada pandangan masyarakat khususnya masyarakat Sumatera Utara  terhadap Organisasi Pemuda Pancasila. Hal ini semakin memperkuat eksistensi Pemuda Pancasila sebagai sebuah organisasi yang matang.
Organisasi PP yang terbesar sebagai ormas pemuda memiliki 25 pimpinan cabang sampai sekarang. Saat ini PP Sumut masih dapat mempertahankan citra sejati mereka sebagai organisasi massa yang independen, tanpa memihak atau milik satu golongan, tetapi milik masyarakat banyak.
Berdasarkan perjalanan panjang perjuangan ormas Pemuda Pancasila dalam memerangi komunis di Indonesia dan terutama di daerah Sumatera Utara sehingga Pemuda Pancasila mendapatkan perhatian dari masyarakat dan bahkan oleh pemerintahan.
Peneliti juga akan memaparkan beberapa kegiatan-kegiatan sosial kemasyarakatan yang dipelopori dan yang mengikutsertakan Organisasi Pemuda Pancasila Sumatera Utara .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar